Demokrasi Tanah Arab: Dilema Israel

Konflik. Revolusi. Propaganda.

Shelly Palmer : Merubah Pemerintahan dari Demokrasi Dijital – Mengangkat Kembali Tulisan yang Diangkat Kembali

Metamerica : Merubah Pemerintahan dari Demokrasi Digital Saya awalnya menulis artikel serupa pada April 2009.

Babak Baru Perang Korea: Perang di Dunia Maya

Perang Korea kini mulai merambah babak baru.

Perang Propaganda Jepang Terhadap Rusia, China dan Korea

Selama beberapa dekade, Rusia dan Jepang telah berhasil menyelesaikan sengketa-sengketa teritorial mereka.

Pages

Sunday, May 26, 2013

Republik Maluku Selatan (RMS)


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.

Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris diproklamasikan oleh orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang diantaranya adalah Chr. Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu.

Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim tim yang diketuai Dr. Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Tapi kemudian, misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal dan pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.A Kawilarang.

Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja.

RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di pengasingan. Di sana, sebagian gerakan RMS melakukan serangan teror di Belanda. Sejumlah penelitian berpendapat bahwa serangan ini muncul akibat frustrasi tidak adanya dukungan dari pemerintah Belanda. Serangan pertama dilancarkan tahun 1970 di rumah Duta Besar Indonesia di Wassenaar. Seorang polisi Belanda ditembak dan tewas. Serangan ini diikuti oleh pembajakan kereta api di Wijster tahun 1975. Pembajakan tersebut dibarengi oleh serangan buatan lain di konsulat Indonesia di Amsterdam. Tiga sandera dieksekusi di kereta dan seorang berkebangsaan Indonesia cedera parah saat mencoba kabur dari konsulat. Pada tahun 1977, terjadi pembajakan kereta di De Punt yang dibarengi oleh penyanderaan sekolah dasar di Bovensmilde. Aksi-aksi ini diakhiri secara paksa melalui serbuan marinir Bijzondere Bijstands Eenheid (BBE) yang menewaskan enam teroris dan dua sandera. Aksi RMS terakhir terjadi tahun 1978 ketika balai provinsi di Assen diduduki anggota RMS. Aksi ini juga digagalkan oleh pasukan BBE.

Sejak 1980-an sampai sekarang, belum ada serangan baru yang dilancarkan RMS namun pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap Jakarta menguat.


Tokoh-tokoh  RMS
1. Christiaan Robbert Steven Soumokil

Christiaan Robbert Steven Soumokil (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 13 Oktober 1905 – meninggal di Pulau Obi, 12 April 1966 pada umur 60 tahun) adalah presiden Republik Maluku Selatan (RMS) dari 1950 sampai 1966. Chris Soumokil dilahirkan di Surabaya dan menempuh pendidikan di sana sebelum pergi ke Belanda. Setelah itu ia mempelajari hukum di Universitas Leiden sampai 1934. Pada tahun 1935 ia kembali ke Jawa dan menjadi pejabat hukum.

Pada 1942, penjajahan Jepang dimulai dan Soumokil ditangkap oleh tentara Jepang dan diasingkan ke Burma dan Thailand. Setelah perang usai ia kembali ke Indonesia dan menjadi jaksa agung dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT). Ia kemudian mendirikan RMS, menjadi Menteri Luar Negeri RMS pada 25 April 1950, dan menjadi presiden pada 3 Mei.

Setelah ditangkap oleh tentara Indonesia ia dibuang ke Pulau Buru dan Pulau Seram. Pada bulan April 1964 ia diadili dan dibela oleh pengacara Mr. Pierre-William Blogg, teman lamanya dari Leiden. Dalam persidangan Soumokil bersikeras berbicara dalam bahasa Belanda, walaupun bahasa ibunya adalah bahasa Melayu.

Ia dihukum mati dan dieksekusi oleh peleton tembak pada 12 April 1966 di Pulau Obi, Kepulauan Seribu.


2. Johan Manusama

Doktor Johannes Alvarez Manusama (lahir di Banjarmasin, 17 Oktober 1910 – meninggal di Rotterdam, 29 Desember 1995 pada umur 85 tahun), mantan guru sekolah dan anggota Freemason, Menteri Pendidikan dan Menteri Pertahanan Republik Maluku Selatan(1950), adalah presiden pertama di pengasingan belanda dan presiden ketiga Republik Maluku Selatan (1966-1993). Ayahnya adalah orang Maluku Selatan, sementara ibunya adalah Indo Eurasia. Setelah sempat mengelola sebuah calon negara di wilayah Maluku, Manusama menjalani sisa hidupnya untuk membela kemerdekaan dan pos pemerintah di pengasingan di Belanda. Pada saat, ia menyelenggarakan sebuah acara radio biasa, "Suara Maluku" dan memasukkan Republik Maluku Selatan ke Organisasi Bangsa dan Rakyat yang Tidak Terwakili.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
@faiztheice ) - Faiz Faidurrahman

Monday, May 20, 2013

Hasan di Tiro: 'Founding Father' Gerakan Aceh Merdeka

Teungku Hasan Muhammad di Tiro adalah seorang tokoh pendiri Gerakan Aceh Merdeka, sebuah gerakan yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan Aceh dari Indonesia. Gerakan tersebut resmi berdamai dengan pemerintahan Indonesia lewat perjanjian Helsinki pada tahun 2005 dan meliputi pelucutan senjata mereka. Hasan dianggap "wali", karena ia adalah keturunan ketiga Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro, pahlawan nasional Indonesia yang berperang melawan Belanda pada 1890an.

Bagaimana kronologi Di Tiro membentuk GAM?

Di Tiro kembali 'muncul' di Aceh pada tahun 1974, di mana ia mengajukan tawaran untuk kontrak pipa di pabrik gas baru Mobil Oil yang akan dibangun di daerah Lhokseumawe. Ia dikalahkan oleh Bechtel, dalam proses tender di mana di Tiro berpikir pemerintah pusat memiliki terlalu banyak kontrol terhadap gas di Aceh. Ada klaim yang menyatakan bahwa, sebagai akibat dari kerugian dan kematian saudaranya karena apa yang ia dianggap sebagai kelalaian yang disengaja oleh dokter dari etnis Jawa, di Tiro mulai mengorganisir gerakan separatis menggunakan kenalan lamanya di Darul Islam.
Ia mendirikan organisasi yg disebut Front Pembebasan Nasional Aceh Sumatera, atau yang lebih dikenal sebagai Gerakan Aceh Merdeka pada tanggal 4 Desember 1976Di Tiro memilih kemerdekaan sebagai salah satu tujuan GAM, bukan otonomi khusus daerah, karena fokus pada sejarah Aceh sebelum masa kolonial Belanda sebagai sebuah negara merdeka. GAM berbeda dari pemberontakan Darul Islam yang berusaha untuk menggulingkan ideologi Pancasila yang sekuler dan menciptakan negara Islam Indonesia berdasarkan syariah. Dalam "Deklarasi Kemerdekaan", ia mempertanyakan hak Indonesia untuk berdiri sebagai negara, karena pada asalnya itu adalah negara multi-budaya berdasarkan kekaisaran kolonial Belanda dan terdiri dari negara-negara sebelumnya yang terdiri atas banyak sekali etnis dengan sedikit kesamaan. Dengan demikian, di Tiro percaya bahwa rakyat Aceh harus memulihkan keadaan pra-kolonial Aceh sebagai negara merdeka dan harus terpisah dari negara Indonesia.


Foto alm. Paduka Wali Nanggroe Hasan Di Tiro (tengah) bersama mantan Wakil Presiden RI H. Jusuf Kalla

Karena fokus baru pada sejarah Aceh dan identitas etnik yang berbeda, beberapa kegiatan GAM melibatkan serangan terhadap para transmigran, terutama mereka yang bekerja dengan tentara Indonesia, dalam upaya untuk mengembalikan tanah Aceh untuk masyarakat Aceh. Transmigran etnis Jawa paling sering menjadi target, karena banyak diantara mereka yang berhubungan dekat dengan tentara Indonesia.
Pada tahun 1977, setelah memimpin serangan GAM di mana salah satu insinyur Amerika Serikat tewas dan satu insinyur Amerika lain dan Korea Selatan terluka, Hasan diburu oleh militer Indonesia. Ia ditembak di kaki dalam sebuah penyergapan militer, dan melarikan diri ke Malaysia.
Dari tahun 1980, di Tiro tinggal di StockholmSwedia dan memiliki kewarganegaraan Swedia. Selama periode ini Zaini Abdullah, yang menjadi gubernur Aceh pada Juni 2012, adalah salah satu rekan Aceh terdekatnya di Swedia. Setelah tsunami pada bulan Desember 2004, GAM dan pemerintah Indonesia setuju untuk menandatangani perjanjian damai yang ditandatangani di HelsinkiFinlandia pada Agustus 2005. Menurut ketentuan perjanjian perdamaian, yang diterima oleh pimpinan politik GAM dan disahkan oleh di Tiro, Aceh mendapat status otonomi yang lebih besar. Tak lama setelah itu, sebuah Undang-Undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh disahkan oleh parlemen nasional di Jakarta untuk mendukung pelaksanaan perjanjian damai. 

Pada 11 Oktober 2008, setelah 30 tahun di pengasingan, dia kembali ke Banda Aceh. Masalah kesehatannya membuatnya tak berperan aktif dalam percaturan politik Aceh selanjutnya. Dia kembali ke Swedia dua pekan berikutnya.

Setahun kemudian, ia kembali ke Aceh,  dan bertahan di sana sampai kematiannya. Pada 2 Juni 2010, Hasan dianugerahi status warga negara oleh pemerintah Indonesia.. Hari berikutnya, ia wafat di rumah sakit di Banda Aceh.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
@sairamlim ) - Sairam Salim

Sunday, May 19, 2013

Benny Wenda : ‘Duta Besar’ Papua Barat Untuk Kerajaan Inggris Raya

Baru beberapa hari berlalu sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lewat akun twitter resminya @SBYudhoyono melempar tweet ke linimasa,
 "Pemerintah Inggris menyatakan tetap dukung NKRI. Namun, kegiatan di Oxford itu akan mengganggu hubungannya dengan Indonesia,".
Sebuah kicauan yang lumayan memancing perhatian manusia di dunia maya. Sebagian besar masih belum paham apa yang terjadi. Kicauan bernada resah dari seorang pemimpin negara yang memperjelas keresahan yang sudah (pasti) dilempar terlebih dahulu oleh media.

Sudah hampir setengah abad konflik Jakarta – Irian Jaya berlangsung. Selain kontak fisik yang sudah terjadi berulang-ulang-ulang-ulang kali, tidak ada titik temu berarti antara kedua pihak di jalur diplomasi. Ketika pihak TNI masih pelan – pelan berusaha memberangus antek – antek separatis tersebut, Papua Barat (tentu saja lewat TPN dan OPM-nya) secara mengejutkan membuka kantor milik sendiri di Kota Oxford, Inggris. Pembukaan kantor tersebut tak lepas dari peran besar Benny Wenda.

Siapakah Benny Wenda?

Ya, memang dia tak setenar nama – nama seperti Theys Heyo Eluay atau Kenny Kwalik, tapi andil dia tidak kalah besar dari dua nama tersebut. Benny Wenda bergerak sebagai sayap OPM di Eropa Barat. Dia gencar bergerak di sektor propaganda media, dunia maya, dan sektor – sektor virtual lainnya untuk menghantam Pemerintah dan menyuarakan pembebasan Papua Barat.

Perubahan fase hidup seorang Benny Wenda dari seorang warga biasa menjadi seorang aktor pergerakan berawal pada 1977 ketika desanya dimasuki oleh pasukan militer. Dikutip dari sebuah media, Benny Wenda menyatakan perlakuan tentara terhadap warga sangatlah keji. Dalam situsnya, bennywenda.org, dia juga mengaku kehilangan satu kakinya dalam sebuah serangan udara. Keluarganya memilih bergabung dengan Indonesia, namun tidak halnya dengan Benny.

Setelah runtuhnya Orde Baru, gerakan referendum dari rakyat Irian Jaya yang menuntut pembebasan dari RI kembali bergelora. Dan saat itu, Benny Wenda melalui organisasi Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka), membawa suara masyarakat Irian Jaya. Mereka menuntut pengakuan dan perlindungan adat istiadat, serta kepercayaan, masyarakat suku Irian Jaya. Mereka menolak apapun yang ditawarkan pemerintah Indonesia termasuk otonomi khusus.

Foto Benny Wenda sedang mengenakan pakaian adat Irian Jaya


Lobi-lobi terus dia usahakan sampai akhirnya di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, pemberlakuan otonomi khusus adalah pilihan politik yang layak untuk Irian Jaya dan tak ada yang lain. Saat itu sekitar tahun 2001, ketegangan kembali terjadi di tanah Irian Jaya. Operasi militer menyebabkan ketua Presidium Dewan meninggal. Wenda terus berusaha memperjuangkan kemerdekaan Irian Jaya, yang dia dan para pengikutnya sebut Papua Barat.


Pertentangan Wenda berbuntut serius. Dia kemudian dipenjarakan pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Selama di tahanan, Wenda mengaku mendapatkan penyiksaan serius. Dia dituduh berbagai macam kasus, Salah satunya disebut melakukan pengerahan massa untuk membakar kantor polisi, hingga harus dihukum 25 tahun penjara.

Kasus itu kemudian di sidang pada 24 September 2002. Wenda dan tim pembelanya menilai persidangan ini cacat hukum.

Pengadilan terus berjalan, sampai pada akhirnya Wenda dikabarkan berhasil kabur dari tahanan pada 27 Oktober 2002. Dibantu aktivis kemerdekaan Papua Barat, Benny diselundupkan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan kemudian dibantu oleh sekelompok LSM Eropa untuk melakukan perjalanan ke Inggris di mana ia diberikan suaka politik. Dan sejak tahun 2003, Benny dan istrinya Maria serta anak-anaknya memilih menetap di Inggris.

Sampai saat ini, dari Inggris Benny Wenda masih aktif berkampanye di luar negeri. Bahkan berita terbaru menyatakan dia juga siap membuka ‘kedutaan’ lainnya, yakni di Papua Nugini.
Nampaknya, dengan dicabutnya sanksi dari Interpol yang dikenakan ke dirinya 2 tahun belakangan benar – benar membuatnya kembali agresif dan tajam.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
( @adityaknz ) - Alvian Aditya Kanzi